Banyak cara dalam mengambil keputusan
apakah sebuah film layak untuk ditonton atau tidak, dari history
berbagai elemen pembentuk film itu, atau hanya berdasarkan feeling. Nah,
yang terakhir itu cukup riskan, bukankah feeling tidak selamanya benar?
DisneyToon Studios tidak mengecewakan penonton yang tidak menggunakan
hal kedua tadi, memberikan sebuah peningkatan yang cukup signifikan dari
karya pertama yang mengecewakan itu. Planes: Fire & Rescue, a
simply good treat for kids.
Setelah berhasil mengatasi permasalahan terbang miliknya dan kemudian
menjadi juara balap keliling dunia, Dusty Crophopper (Dane Cook) kini
harus dihadapkan pada fakta bahwa dirinya mungkin tidak dapat ikut serta
dalam balapan lagi. Gearbox milik Dusty yang telah langka itu rusak,
hal yang memaksanya untuk tidak dapat memacu kecepatannya melebihi
batas. Sayangnya sikap pantang menyerah Dusty menyebabkan sebuah bencana
kebakaran di lapangan terbang Propwash Junction, memaksa pemerintah
menutup lapangan terbang tersebut karena dinilai tidak memenuhi standard
pada kinerja pemadam kebakaran.
Celakanya dalam waktu dekat akan diselenggarakan sebuah festival di
lapangan terbang tersebut, dan solusi satu-satunya adalah memperbaiki
kualitas pemadam kebakaran yang kini dipegang oleh sebuah truk tua.
Dusty merasa hal tersebut menjadi tanggung jawabnya, memilih terbang ke
Piston Peak National Park untuk menemui helicopter veteran yang kini
bertugas sebagai pemadam kebakaran bernama Blade Ranger (Ed Harris),
berguru padanya dengan tujuan utama untuk memperoleh ijin sebagai
seorang pemadam kebakaran.
Namun apa yang ia bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ia temukan. Jika menilik statistik dari pendapatan box-office, Planes
yang tahun lalu sempat mendapat cibiran dari berbagai sudut karena
liris di bioskop dari rencana semula hanya menjadi direct-to-video
entertainment ternyata secara mengejutkan masih mampu memberikan Disney
keuntungan sebesar empat kali lipat dari budget yang mereka gunakan.
Bagaimana dengan film keduanya ini? Masih menyandang status “hampir dua
kali lipat”. Apa gunanya data tersebut? Penting, karena dari sana kita
dapat melihat sebuah fakta bahwa setengah dari penonton di film pertama
ternyata telah menyerah dengan animasi yang diberikan label sebagai
upaya murni dari Disney untuk meraih keuntungan di sektor mainan. Lantas
bagaimana dengan mereka yang belum menyerah? Anda akan tersenyum. Ya,
tersenyum.
Jangan bergerak terlalu jauh dengan mencoba membandingkan ini bersama Frozen
yang sukses besar itu, karena dengan pondasi di film pertama yang tidak
kokoh itu lompatan super besar jelas sulit untuk terjadi, tapi
menariknya DisneyToon ternyata telah belajar dari kesalahan yang mereka
lakukan di film pertama, memperbaiki hal-hal minus sehingga meskipun
masih sama standardnya Planes: Fire & Rescue punya enjoyment yang
penonton harapkan dari sebuah film animasi, cerita yang mudah di
mengerti bagi penonton muda yang menjadi sasarannya, hingga visual yang
cukup mumpuni.
Cukup mengejutkan memang, karena dengan menyebut film pertamanya sebagai
kemasan yang datar, tidak inspiratif, membosankan, bahkan punya potensi
yang sangat besar untuk gagal memberikan hiburan saya datang dengan
ekspektasi yang berada pada level film pertamanya. Dari sana terlihat
sangat jelas ada sebuah pertumbuhan dari cara Roberts Gannaway membangun
narasi yang ditulis oleh Jeffrey M. Howard, masih dangkal dan
konvensional tapi sinopsis yang dengan berani membawa masuk karakter
utama kedalam dunia baru memberikan dampak positif, kita punya karakter
baru yang lebih hidup, karakter punya misi yang penting, kita juga punya
ruang bagi berbagai pesan sederhana untuk beraksi.
Ya, sulit untuk mengatakan ini sempurna, tapi cukup bagus bagaimana tim
memperbaiki kesalahan di film pertama. Ada api, dan padamkan, memang
sama dangkalnya, tapi itu masih jauh lebih menarik ketimbang menyaksikan
balapan keliling dunia yang dipaksakan itu. Kemudian lelucon atau humor
yang terasa datar di film pertama kini sudah mampu bekerja dengan baik,
terselip dengan manis di dalam cerita yang memang sedikit lebih serius
jika dibandingkan dengan pendahulunya itu.
Tapi hey itu justru hal positif, Planes: Fire & Rescue menjadi lebih
berisi, ada sesuatu yang penting dibalik segala aksi karakter, dan
gerak mondar-mandir yang dibentuk dengan cekatan itu mampu
menterjemahkannya dengan baik. Ini bukan hanya sekedar sebuah pesan
tentang keajaiban di dalam dunia, kepahlawanan, hingga dedikasi pada
petugas pemadam kebakaran yang dikemas bersama visual standard, karena
ada banyak hal yang mampu membuat orang tua tersenyum ketika membawa
anak mereka nonton bersama.
Ada sebuah misi terkait percaya diri disini, bagaimana ketika karakter
jatuh dan kemudian bangkit dengan penggambaran menggunakan formula
klasik, ditemani dengan pesan tentang sikap rendah hati, sikap disiplin,
hingga sikap rela berkorban dan pentingnya kerja sama dalam meraih
keberhasilan. Mereka dicampur dengan baik, tajam tanpa harus terasa
rumit sehingga mudah dimengerti. Hadirnya hal-hal positif tadi tidak
terlepas dari sebuah pertumbuhan positif pula yang terjadi pada para
karakter.
Dari pengisi suara Curtis Armstrong, Julie Bowen, hingga Ed Harris
berhasil menjadikan karakter sekunder yang mereka pegang ikut mewarnai
alur cerita dengan porsi yang pas, meringankan tugas Dane Cook dengan
sesekali mencuri atensi. Begitupula dengan beberapa karakter baru
lainnya yang punya bentuk menarik dengan tampilan yang lebih dipoles,
menghilangkan kesan kusam yang kurang hidup bersama Dipper, Blade
Ranger, hingga lima "The Smokejumpers" yang mungil dan lucu itu.
Overall, Planes: Fire & Rescue adalah film yang cukup memuaskan. Ini
tidak megah, dan dibandingkan dengan standard di dunia animasi terkini
film ini masih punya beberapa minus. Yap, tidak super banyak, karena
Planes: Fire & Rescue telah berhasil memperbaiki kesalahan besar
yang dilakukan pendahulunya, tidak hanya sekedar menjadi alat penjual
mainan yang kosong, dengan visual yang sedikit lebih baik kini kita
punya karakter yang menarik, teknik bercerita yang tidak membosankan,
hingga berbagai hal penting yang sederhana dibalik kehadiran mereka,
terutama bagi anak-anak.
Sumber,